Pertahankan Idealisme Jurnalis....
Entah mengapa, mungkin sudah jalan-Nya, menjadi penjual koran menjadi jalan keluar pertama saat merantau ke Jakarta. Naik turun bus kota, masuk gang-gang sempit pemukiman, keluar masuk pasar Tanah Abang, ia lakoni saat menjajakan koran. Tentu saja semua itu demi mempertahankan hidup di tengah belantara ibukota.
Setahun tinggal di Jakarta, tahun 1989 saat musim pendaftaran sekolah, mungkin sudah menjadi skenario Yang Maka Kuasa, saat itu terbersit dalam hatinya ingin mendafar sekolah ke SMA dan akhirnya terwujud menjadi siswa baru di sebuah SMA swasta di bilangan Slipi, Jakarta Barat.
Dalam hati saat itu ia berucap, akhirnya bisa juga melanjutkan sekolah SMA. Aktifitas sebagai penjaja koran tetap dilakukan. Pagi berjualan koran, siang bersekolah. Itulah rutinitas yang ia jalani. Bagaimana pun, justru dari berjualan koran itulah akhirnya Darojat remaja bisa bertahan hidup di Jakarta dan bersekolah. Setelah tidak berjualan koran, dalam hati terbetik keinginan belajar jurnalistik agar bukan hanya bisa menikmati tulisan orang lain, tapi tulisan sendiri bisa juga dibaca orang lain.
Untuk mewujudkan hasrat menulis, pelatihan jurnalistik pun pernah diikutinya. Tercatat sudah dua lembaga pelatihan jurnalistik pernah diikutinya. Ia pun pernah mengikuti pelatihan jurnalistik bertajuk KLW (Karya Latihan Wartawan) yang diselenggarakan PWI Jawa Tengah, 2005 silam saat menjadi reporter di Telegraph Indonesia, sebuah tabloid terbitan lokal, Tegal. Seiring berjalannya waktu, akhirnya ia bertemu dengan Harian Online KabarIndonesia (HOKI), tempat berlabuh menuangkan ide dan berkespresi melalui tulisan. Dulu ia hanya bisa menikmati tulisan-tulisan orang lain, kini tulisan-tulisannya yanga bisa dinikmati orang, meski sederhana. Kisahnya cukup mengesankan. Tenyata, sosok yang dari penjual koran akhirnya bisa menjadi jurnalis koran. (*)
0 Response to "Pertahankan Idealisme Jurnalis...."
Posting Komentar