KEMBALI KE AL-QUR'AN MENURUT SUNNAH RASUL (Part-1)
Sebelum membahas lebih lanjut kita telaah dulu judul tulisannya. Koq “kembali ke Al-Qur’an”? Bukankah kita sudah berada dalam koridor Al-Qur’an?
Kita sudah yakini bersama bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang tidak ada keraguan di dalam-Nya sebagai petunjuk menuju MUTAQIN, QS Al-Baqoroh ayat 2. Apa yang dimaksud Mutaqin dijelaskan lebih lanjut dalam QS Al Baqoroh ayat 3-5. Jika tidak ada keraguan di dalam Al Qur'an berarti seratus persen isinya benar.
Kenapa juga harus “Menurut Sunnah Rasul”? begitu pertanyaan yang terbersit di benak pembaca. Pertanyaannya kita balik, “Kalau bukan menurut Sunnah Rasul; Lantas harus menurut sunnah siapa? Apakah harus menurut Sunnah Syayatin?"
Kita juga sudah yakini bersama bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah lewat perantaraan Rasul, QS Al-Baqoroh ayat 3. Jadi Rasul-lah yang paling tahu tentang maksud dan makna yang terkandung dalam Al-Qur'an.
QS Al-Baqoroh/2: 1-5 |
Lantas apakah ada yang menggunakan Al-Qur’an menurut Sunnah Syayatin? Kita akan coba telaah dalam beberapa tulisan ini. Insya Allah tulisan ini akan terbagi ke dalam beberapa postingan, mulai dari part-1 sampai part-12. Nanti kita bisa analisa bareng-bareng; Apakah kita sudah berada dalam Al -Qur’an menurut Sunnah Rasul ataukah kita masih berada dalam Al-Qur’an menurut Sunnah Syaithon.
Allah telah memberi peringatan bagi kita dalam QS An-Nahl ayat 98, kemudian ayat itu kita hubungkan dengan QS Al-Falaq dan QS An-Naas.
QS An-Nahl/16 :98 |
QS Al-Falaq/113 : 1-5 |
QS An-Naas/114: 1-6 |
AN-NAHL AYAT 98
|
SURAT AN-NAAS
|
SURAT AL-FALAQ
|
فَاسۡتَعِذۡ
|
قُلْ أَعُوذُ
|
قُلْ أَعُوذُ
|
بِاللّٰهِ
|
بِرَبِّ النَّاسِ
|
بِرَبِّ الْفَلَقِ
|
مَلِكِ النَّاسِ
|
||
إِلَـٰهِ النَّاسِ
|
||
مِنَ الشَّيۡطٰنِ الرَّجِيۡمِ
|
مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ |
مِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَ وَقَبَ
|
مِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
|
||
مِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
|
||
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
|
مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
|
"Maka apabila engkau hendak membaca Al-Qur'an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaithon yang terkutuk.[QS-16:98]", begitu isi kalimat perintahnya. Jawaban dari kalimat perintah itu sebelum kita membaca Al-Qur'an, katakan "Aku meminta perlindungan kepada Allah dari syaithon yang terkutuk."
أَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيۡطٰنِ الرَّجِيۡمِ
Siapakah Allah itu? Yakni Pembimbing Hidup (Rab) manusia, Pengayom Hidup (Malik) manusia, Penggerak Kehidupan (Ilah) manusia, dan Rabbul-Falaq Pembimbing dari Gelap/Dzulumat menuju Terang/Nur. Titik tekan kita pada fungsi Allah sebagai AL-KHALIQ terhadap makhluk-Nya, bukan pada dzat-Nya Allah. Tafakkaru fi khalqillah, wa la tafakkaru fi dzatillah, fainnakum la taqdurunna qudratahu
Artinya, pikirkanlah ciptaan Allah, jangan pikirkan dzat-Nya, karena sesungguhnya kamu tak akan mampu mengukur kekuasaan-Nya.
HR. Abu Na’im dan Tirmidzi.
Apakah syaithon itu? Yakni kejahatan makhluk-Nya dari (golongan) jin dan manusia, kejahatan bisikan yang bersembunyi ke dalam dada manusia, kejahatan pendengki bila ia dengki, kejahatan wanita-wanita tukang sihir (penyebar hoax) yang menghembus pada buhul-buhul (media mainstream dan media sosial), kejahatan malam (penguasa dzulumat) apabila telah gelap (saat kafir dzulumat berkuasa),
Peran Iblis (golongan jin) dan Yahudi (golongan manusia) telah banyak menggiring manusia ke dalam Dzulumat yang beriman kepada Thogut. Mereka terdiri dari golongan Tawala (Kapitalisme/ Ghorbiyyah/BlokBarat - Komunisme/Syarqiyyah/BlokTimur) dan golongan Kadzaba yang memutar-balikkan Al-Qur'an/Kitabullah menurut sunnah syayatin. Kondisi ini membuat kita sulit membedakan mana Hak mana Bathil. Saat kondisi inilah sudah waktunya kita kembali kepada Nur yakni Al-Qur'an menurut sunnah Rasul Muhammad. (bersambung ke part-2)
Mantap, lanjutkan AQMSR
BalasHapus