Sejarah Pemandian Air Panas Tirta Husada Paguyangan Brebes
Brebes, Radardesa.com - Sejarah penemu pertama sumber air panas di dukuh cingebul Rt 03 / Rw 03, Desa Kedungoleng , Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah kini terkuak dengan adanya penelusuran oleh seorang Babinsa, Jum’at (7/6/19).
Adalah Mbah Reksa Widjaya pada tahun 1837 yang merupakan pemilik dan pengembala Kerbau, selama 1 sampai dengan 2 bulan kerbaunya hilang, selama itu Mbah Reksa Widjaya mencari keberadaan Kerbau miliknya, hingga Mbah Reksa sampai di hutan belantara dan bermukim tepatnya di Desa Kedungoleng, berdekatan dengan aliran sungai yang jernih dan bersih, sungai itu disebut Sungai Jimbluk.
Tak di sengaja Mbah Reksa Widjaya menemukan jejak telapak kaki kerbau miliknya, kemudian mengikuti jejak tersebut, diketahui dengan mata kepala sendiri, Mbah Reksa melihat Kerbaunya sedang berkubang dengan kondisi Kerbau masih utuh sehat dan seperti semula.
Mbah Reksa Widjaya mendekati kerbau miliknya yang sedang berkubang di lumpur namun dengan rasa tergaget dan heran bahwa Kerbaunya dikubangan yang penuh lumpur dan berair, anehnya air yang berada dikubangan tersebut merupakan air panas, seharusnya Kerbau senang berada dikubangan air dan berlumpur dingiin, namun hal ini berbeba.
Seketika itu dibenak Mbah Reksa widjaya tercetus ide memberikan nama kubangan air tersebut dengan nama Cipanas.
Mbah Reksa konon cerita silsilahnya adalah merupakan keturunan Pasundan (Jawa Barat), dengan Bahasa Khas Sundanya sehingga memberi nama, CAIPANAS artinya Cai adalah Air Panas adalah Ngebul yang diambil dari Bahasa sunda atau kita sebut dengan Air Panas.
Pelda Ismangil selaku Babinsa Kedungoleng mengatakan saat di lokasi Pemandian Air Panas, bahwa kita tidak boleh melupakan sejarah, benar apa yang disampaikan oleh pendahulu kita bahwa sejarah dan peninggalannya harus kita lestarikan untuk anak dan cucu kita. Tuturnya.
Dari situlah sejarah penemuan sumber air panas (Cipanas) yang berada di Dukuh Cingebul Desa Kedungoleng yang sekarang kita kenal dengan nama Pemandian Air Panas Tirta Husada. (Utsm-Ismangil)
Adalah Mbah Reksa Widjaya pada tahun 1837 yang merupakan pemilik dan pengembala Kerbau, selama 1 sampai dengan 2 bulan kerbaunya hilang, selama itu Mbah Reksa Widjaya mencari keberadaan Kerbau miliknya, hingga Mbah Reksa sampai di hutan belantara dan bermukim tepatnya di Desa Kedungoleng, berdekatan dengan aliran sungai yang jernih dan bersih, sungai itu disebut Sungai Jimbluk.
Tak di sengaja Mbah Reksa Widjaya menemukan jejak telapak kaki kerbau miliknya, kemudian mengikuti jejak tersebut, diketahui dengan mata kepala sendiri, Mbah Reksa melihat Kerbaunya sedang berkubang dengan kondisi Kerbau masih utuh sehat dan seperti semula.
Mbah Reksa Widjaya mendekati kerbau miliknya yang sedang berkubang di lumpur namun dengan rasa tergaget dan heran bahwa Kerbaunya dikubangan yang penuh lumpur dan berair, anehnya air yang berada dikubangan tersebut merupakan air panas, seharusnya Kerbau senang berada dikubangan air dan berlumpur dingiin, namun hal ini berbeba.
Seketika itu dibenak Mbah Reksa widjaya tercetus ide memberikan nama kubangan air tersebut dengan nama Cipanas.
Mbah Reksa konon cerita silsilahnya adalah merupakan keturunan Pasundan (Jawa Barat), dengan Bahasa Khas Sundanya sehingga memberi nama, CAIPANAS artinya Cai adalah Air Panas adalah Ngebul yang diambil dari Bahasa sunda atau kita sebut dengan Air Panas.
Pelda Ismangil selaku Babinsa Kedungoleng mengatakan saat di lokasi Pemandian Air Panas, bahwa kita tidak boleh melupakan sejarah, benar apa yang disampaikan oleh pendahulu kita bahwa sejarah dan peninggalannya harus kita lestarikan untuk anak dan cucu kita. Tuturnya.
Dari situlah sejarah penemuan sumber air panas (Cipanas) yang berada di Dukuh Cingebul Desa Kedungoleng yang sekarang kita kenal dengan nama Pemandian Air Panas Tirta Husada. (Utsm-Ismangil)
0 Response to "Sejarah Pemandian Air Panas Tirta Husada Paguyangan Brebes"
Posting Komentar